CIRI-CIRI DAN SIFAT ORANG SESAT GOLONGAN PASIK & MUNAFIK hendak menipu Allah dan orang berIman dengan benar - mukmin.
Orang
Pasik & Munafiq itu kedua-duaNya adalah golongan Sesat Aqidah
(al-Iman) dari Syariah - FIQH (al-Ilmu). Orang yang engkar larangan
Allah (al-Quran) berulang-ulang - KAPIR demi KAPIR demi KAPIR dan demi
KAPIR sejak pulohan tahun, melibatkan perkara Agama (ad-deen) dan
Ketuhanan (al-Islam) serta Furu' (cabanganNya) - Aqidah (al-Iman) dari
Syariah ; Syara' - FIQH (al-Ilmu).
Pelaku
perbuatan Engkar Larangan... (Kapir kepada) ...Allah (al-Quran)
berulang itu lah golongan Sesat terbahagia dua - Pasik & Munafik,
kedua2Nya adalah golongan Sesat, maka wajib lah belum berIman (al-Iman)
yang sempurnah, juga jauh lagi dari Islam (al-Islam)...
Keadaan orang munafiq ini sangat berbahaya. Maka Allah menyebutkan sifat
mereka secara luas dalam berbagai macam cara siasat mereka yang licin
dan penakut itu supaya orang muslim menghindari sifat-sifat itu dan juga
waspada terhadap orang-orang yang bersifat demikian. Supaya kaum
mukminin jangan tertipu oleh siasat dan perangkap mereka. Mereka dengan
perbuatan nifaqnya seakan-akan menipu Allah dan kaum mukminin, padahal
akibat bahaya nifaq itu hanya akan menimpa diri mereka sendiri,
sedangkan mereka tidak merasa dan mengerti yang demikian itu.
Bahawasanya orang-orang yang mencerai-beraikan (kerana @ alasan) agama (ad-deen : tauhid zat Allah & al-Islam : I'ttiqad yang diredhai Allah terhadap hak-hak mutlaknya serta furuq) mereka
(dengan menciptakan : takwilan penyebab) perselisihan-perselisihan yang berdasarkan hawa nafsu duniawi - pilitik : jawatan, pangkat, nama, popularity, gelar, kekayaan), dan
mereka menjadi berpuak-puak, tiadalah engkau terkait sedikitpun dalam
(perbuatan) mereka. Sesungguhnya perkara (perbuatan) mereka hanya terserah kepada
Allah. Kemudian Ia akan menerangkan kepada mereka (pada hari kiamat
kelak), apa yang telah mereka lakukan (dan membalasnya).
(Al-An'aam 6:159)
Iaitu orang-orang yang
menjadikan fahaman agama mereka berselisihan mengikut kecenderungan
masing-masing serta mereka pula menjadi berpuak-puak; tiap-tiap puak
bergembira dengan apa yang ada padanya (dari fahaman dan amalan yang
terpesong itu).
(Ar-Ruum 30:32)
(Al-Baqarah :
9 )
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
(QS An-Nisa : 142)
Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka…
Orang munafiq, dia dikatakan ‘orang yang menipu’ Allah dan orang-orang
mukmin dengan mengucapkan kata-kata yang dapat menyelamatkan dirinya
dari pembunuhan, penahanan dan siksaan yang segera. Padahal di balik
penampilan luarnya dia (orang munafiq) memendam kebencian.
Yang demikian itu adalah salah satu dari sikap orang munafiq. Sekalipun
dia menipu orang-orang mukmin dalam kehidupan di dunia ini, tetapi dia
dengan perbuatannya itu sama saja dengan menipu dirinya sendiri.
Dikatakan demikian karena perbuatan yang ditampakkannya itu menurutnya
dapat memberikan apa yang dicita-citakannya dan kebahagiaan. Padahal
pada kenyataannya justru merupakan sumber kejatuhannya dan berakibat
siksaan di hari kemudian serta murka Allah dan adzab-Nya yang amat pedih
tiada bandingannya.
Tipuan yang orang munafiq lancarkan tersebut disangkanya sebagai
perbuatan yang baik untuk dirinya, padahal sesungguhnya dia berbuat
jahat pada dirinya sendiri bagi kehidupannya di akhirat nanti.
Allah memberitahu kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa orang
munafiq telah mencelakakan dirinya sendiri karena perbuatan mereka
membuat Tuhan murka, yaitu kekufuran, keraguan, dan kedustaan yang
mereka lakukan tanpa mereka rasakan dan tanpa mereka ketahui hingga
membuat mereka buta dan menetapi perbuatannya itu.
Bahwa ciri khas orang munafiq pada umumnya adalah berakhlak rendah,
percaya dengan lisan tapi ingkar dengan hati, dan berbeda dengan
perbuatan serta sepak terjangnya; di pagi hari berada dalam satu
keadaan, sedangkan di petang harinya dalam keadaan lain; begitu pula
kebalikannya, di petang hari dalam satu sikap, sedangkan di pagi harinya
bersikap lain. Orang munafiq terombang-ambing bagaikan perahu yang
ditiup angin kencang dan hanya bersikap mengikuti arah angin.
Orang-orang munafiq itu mengaku beriman terhadap Allah dan hari akhir tetapi sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(Al-Baqarah : 8 )
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.
Melalui ayat ini Allah memperingatkan kaum mukmin agar jangan terbujuk
oleh lahiriah sikap mereka, yaitu dengan menerangkan sifat-sifat dan
ciri khas orang-orang munafiq, karena hal tersebut akan mengakibatkan
timbulnya kerusakan yang luas sebagai akibat tidak waspada terhadap
orang-orang munafiq; dan sebagai akibat meyakini keimanan mereka,
padahal kenyataannya mereka adalah orang-orang kafir. Hal ini merupakan
larangan besar, yaitu menduga baik kepada orang-orang yang ahli kepada
kemaksiatan.
Allah mendustakan kesaksian dan kalimat berita orang-orang munafiq, yang berkaitan dengan aqidah mereka
(Al-Munafiqun : 1)
Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta.
Orang-orang munafiq hendak menipu Allah dan orang-orang beriman karena
mereka hanya menampakkan keimanannya pada lahiriyah saja, sedangkan
batin mereka memendam kekufuran. Karena kebodohan mereka itu sendiri,
mereka menduga bahwa diri mereka menipu Allah Subhanahu wata’ala.
Sebagaimana mereka dapat mengecoh sebagian kalangan kaum mukmin.
Orang-orang munafiq tidak mengelabuhi melalui perbuatan yang demikian
itu; tidak pula menipu melainkan hanya diri mereka sendiri, sedangkan
diri mereka tidak merasakan hal itu.
Orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Termasuk ciri-ciri orang munafiq yaitu, orang-orang yang menjadikan
orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Orang-orang munafiq pada hakekatnya berpihak pada orang kafir
dan menyembunyikan rasa cinta mereka kepada orang-orang kafir.
Orang-orang munafiq itu menganggap orang-orang kafir itu mempunyai
kekuatan, sehingga mereka mencari kekuatan dan berlindung di sisi orang
kafir itu. Orang-orang munafiq lupa bahwa semua kekuatan itu milik
Allah.
Allah telah mengancam orang-orang munafiq itu dengan ancaman siksaan yang pedih di hari akhir.
Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapat
siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir
menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
(QS An-Nisa 138-139)
Orang-orang beriman dihimbau untuk tidak mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Jika tidak ingin
mendapat kemudaratan dan jika tidak ingin mendapat siksa dari Allah di
hari akhir.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS
Ali-Imran : 118 )
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu
mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?
(QS An-Nisa :
144)
Istilah ‘wali’ disini ialah berteman dengan mereka, setia dan ikhlas,
dan merahasiakan kecintaan serta membuka rahasia orang-orang mukmin
kepada orang-orang kafir.
Orang-orang munafiq suka duduk bersama-sama orang-orang kafir pada
waktu orang-orang kafir itu mengingkari dan mengolok-olok ayat-ayat
Allah.
Contoh ciri-ciri orang munafiq yaitu, orang-orang munafiq suka duduk
bersama-sama orang-orang kafir pada waktu orang-orang kafir itu
mengingkari dan mengolok-olok ayat-ayat Allah.
Dan jika ditanyakan kepada mereka, tentulah mereka akan menjawab,
“Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa
apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan
(oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka,
sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafiq dan
orang-orang kafir di dalam Jahanam,
(QS An-Nisa : 140 )
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan
itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
(QS At-Taubah
:65)
Sungguh Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafiq itu dan
orang-orang kafir di neraka jahannam. Jadi nifaq itu termasuk dosa besar
karena mendapat ancaman khusus dari Allah yaitu dimasukkan ke dalam
neraka jahannam.
Kita dianjurkan untuk hati-hati agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang meyerupai perbuatan orang-orang munafiq ini, yaitu mengolok-olok
agama dan kehormatan agama islam.
Sesungguhnya jika kita melakukan hal yang terlarang sesudah larangan
itu sampai pada kita, dan kita rela duduk bersama-sama mereka di tempat
yang padanya diingkari ayat-ayat Allah, diperolok-olokkan serat dikecam
dengan pedas, lalu kita menyetujui hal tersebut, berarti sesungguhnya
kita berserikat dan bersekongkol dengan orang-orang kafir dalam hal itu.
Apabila kita melihat orang-orang memperolok-olokkan Ayat-ayat Allah, maka tinggalkanlah mereka.
Mengolok-olok ini ada dua macam :
Secara nyata (terus terang)
Contoh seperti: ucapan mereka: “Belum pernah kami melihat seperti para
ahli baca Al-Quran ini, orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta
lisannya, dan lebih pengecut dalam peperangan, atau ucapan-ucapan lain
yang bersifat olok-olok.
Secara tidak terus terang
Contohnya banyak tidak terhitung, seperti: mengedipkan mata, menjulurkan
lidah, memonyongkan bibir, meremehkan dengan isyarat tangan ketika
membaca Kitabullah atau sunnah RasulNya, atau ketika melakukan amar
ma’ruf nahi mungkar.
Orang-orang munafiq kadang di pihak orang mukmin dan kadang di pihak orang kafir.
Orang-orang munafiq adalah termasuk orang-orang opportunistik. Pada
waktu kondisi orang-orang mukmin memperoleh kemenangan, berjaya dan
mempunyai kekuatan besar, mereka berada di pihak orang-orang mukmin.
Mereka menjilat orang-orang mukmin dengan kata-kata “bukankah kami
beserta kamu ? Hal ini agar harta dan darah mereka aman dan dijamin oleh
orang-orang mukmin.
Namun tatkala kondisi orang-orang mukmin lemah, tersudut dan kalah, saat
itulah muncul watak asli orang-orang munafiq. Mereka berkata kepada
orang-orang kafir, “Kami telah membantu kalian secara rahasia, dan tiada
henti-henti kami tipu dan perdayai orang-orang mukmin sehingga kalian
menang atas orang-orang mukmin. Kami ikut andil memenangkan kalian.”
Mereka ternyata berpihak pada orang-orang kafir. Ternyata orang-orang
munafiq itu punya andil dalam kekalahan orang-orang mukmin. Mereka
membocorkan rahasia orang-orang mukmin kepada orang kafir, membela orang
kafir dari orang mukmin. Jika orang munafiq berperang di pihak orang
mukmin mereka berperang tidak sepenuh hati.
(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi
pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu
kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang)
beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan
membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan
di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi
jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.
(QS An-Nisa : 141)
Orang-orang munafiq selalu mengintai kehancuran bagi orang-orang mukmin
di setiap saatnya. Dengan kata lain, mereka selalu menunggu-nunggu
kehancuran kekuasaan orang-orang mukmin dan kemenangan orang-orang kafir
atas mereka, hingga agama orang-orang mukmin lenyap
Jika orang-orang munafiq itu bertemu dengan kaum mukminin, mereka
berpura-pura beriman. Tetapi juka mereka telah kembali ke pemimpin dan
tokoh mereka, kelompok, aliran dan jaringan atau aliansi mereka,
orang-orang munafiq itu mengatakan “kami setia dan tetap sependirian
dengan mereka, kami hanya mengolok-olok kaum mukminin”. Mereka hanya
mempermainkan orang-orang mukminin.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
(QS Al-Baqarah : 14-15)
Orang-orang munafiq menampakkan kepada kaum mukmin seakan-akan diri
mereka beriman dan berpihak atau bersahabat dengan kaum mukmin. Akan
tetapi sikap ini mereka maksudkan untuk mengelabuhi kaum mukmin dan
diplomasi mereka untuk melindungi diri agar dimasukkan ke dalam golongan
orang-orang mukmin dan mendapat kebaikan yang diperoleh kaum mukmin.
Allah Subhanahu wata’ala memberitahukan bahwa Dialah yang akan melakukan
pembalasan terhadap orang-orang munafiq itu kelak di hari kiamat.
Allah pasti akan memberikan balasan terhadap orang-orang munafiq dengan
balas meperolok-olok dan menyiksa mereka dengan siksaan tipuan,
sebagaimana tipuan yang telah mereka lakukan.
Orang-orang munafiq telah tersesat di dalam kekufuran dan kesesatan yang
menggelimangi dan menutupi diri mereka karena perbuatan kotor dan
najis. Mereka terombang-ambing dalam kebingungan dan kesesatan. Mereka
tidak akan dapat menemukan jalan keluar, karena Allah Subhanahu wata’ala
telah mengunci mati hati mereka dan mengelaknya serta membutakan
pandangan hati mereka dari jalan hidayah, hingga tertutup pandangan
mereka, tidak dapat melihat petunjuk, tidak dapat pula mengetahui
jalannya.
Orang-orang munafiq suka mengejek orang-orang beriman sebagai orang-orang bodoh
Orang munafiq selalu merasa lebih bijaksana dan lebih modern dari
orang-orang mukmin lainnya. Sebab mereka tidak mempunyai keyakinan dan
selalu ragu, karena itu orang munafiq meragukan ajaran Nabi Muhammad,
meragukan al Qur’an, sunnah Rasul, meragukan hari akhir dan meragukan
takdir Allah.
Orang munafiq menganggap tiap-tiap orang yang percaya dan yakin terhadap
agama itu bodoh, tidak maju fikirannya, kolot, fundamentalis,
konservatif, susah diajak maju, ketinggalan jaman dan julukan-julukan
jelek lainnya.
Padahal keraguan mereka terhadap ajaran Allah melalui rasulNya itulah
kebodohan dan kesesatan yang jelas, tetapi mereka tidak mengetahui,
tidak merasa, tidak sadar terhadap kesesatan dan kebodohan yang mencolok
itu.
Kebodohan mereka sangat keterlaluan hingga tidak menyadari kebodohannya
sendiri, bahwa sebenarnya keadaan mereka dalam kesesatan dan kebodohan.
Ungkapan ini lebih kuat untuk menggambarkan kebutaan mereka dan kejauhan
mereka dari hidayah.
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.
(QS Al-Baqarah : 13)
Malas dalam beribadah dan riya dalam beribadah kepada Allah dan tidak mau mengingat Allah atau berdzikir kecuali hanya sedikit.
Ciri dan sifat orang munafiq lainnya yaitu dalam melakukan amalan yang
mulia lagi paling utama yaitu shalat, mereka penuh kemalasan. Karena
tiada niat dan iman bagi mereka untuk melakukannya, tiada rasa takut,
dan tidak memahami makna shalat yang sesungguhnya. Riya dalam beribadah
kepada Allah dan tidak mau mengingat Allah atau berdzikir kecuali hanya
sedikit.
… Dan apabila mereka berdiri untuk bersalat, mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
(QS An-Nisa :
142)
Gambaran batin orang-orang munafiq yang rusak. Tiada ikhlas bagi
orang-orang munafiq, dan amal mereka bukan karena Allah, melainkan hanya
ingin disaksikan oleh manusia untuk melindungi diri mereka dari
manusia; mereka melakukannya hanya dibuat-buat. Karena itu mereka
sering kali meninggalkan shalat yang sebagian besarnya tidak kelihatan
di mata umum; seperti shalat Isya’ di hari yang gelap dan shalat subuh
di saat pagi masih gelap.
Dalam shalat mereka (orang-orang munafiq) pun; mereka tidak khusyu’
mengerjakannya dan tidak mengetahui apa yang diucapkannya. Bahkan dalam
shalatnya orang-orang munafiq itu lalai dan bermain-main serta berpaling
dari kebaikan yang seharusnya mereka kehendaki.
Orang-orang munafiq itu takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu)
Salah satu ciri dan sifat lainnya dari orang munafiq yaitu ketika mereka
diwajibkan berjihad atau berperang di jalan Allah, tiba-tiba
orang-orang munafiq itu takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya
kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu).
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:
“Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan
tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang,
tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafiq) takut kepada manusia
(musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu
takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban
berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di
dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang
yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.
(QS An-Nisa :
77)
Orang-orang munafiq menganggap jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan ini dari sisi Allah dan jika mereka ditimpa keburukan,
nereka mengatakan ini dari Nabi Muhammad
Orang-orang munafiq menganggap jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan ini dari sisi Allah dan jika mereka ditimpa keburukan, mereka
mengatakan ini dari Nabi Muhammad. Padahal kebajikan apapun yang
diperoleh itu adalah dari sisi Allah dan keburukan apapun yang menimpamu
itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari
sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”.
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafiq) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikit pun?
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah
menjadi saksi. (QS An-Nisa 78-79 )
Orang-orang munafiq hanya taat sesaat saja, pada kesempatan lain mereka mengatur siasat.
Mereka hanya taat sesaat saja, tapi pada kesempatan lain mereka mengatur
siasat mengambil keputusan lain dari yang telah mereka katakan tadi.
Dan mereka (orang-orang munafiq) mengatakan: “(Kewajiban kami hanyalah)
taat”. Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari
mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari
yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di
malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah
kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung.
(QS An-Nisa : 81)
Allah mengetahui dan mencatat perbuatan orang-orang munafiq itu ke dalam
catatan amal perbuatan mereka. Hal ini dilakukan oleh para malaikat
pencatat amal perbuatan yang ditugaskan oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Allah mengetahui semua yang tersimpan di dalam hati orang-orang munafiq
itu, semua hal yang mereka rahasiakan di antara sesamanya, dan semua
makar yang mereka sepakati di malam hari. Sekalipun pada lahiriyahnya
mereka bersikap menampakkan ketaatan. Kelak di hari kemudian, Allah akan
membalas perbuatan mereka itu terhadap diri mereka.
Orang-orang mukmin hendaknya bersabar terhadap mereka, jangan menghukum
mereka, jangan sebarkan perihal orang-orang munafiq itu kepada khalayak
ramai, jangan pula merasa takut terhadap ancaman mereka. Cukuplah Allah
sebagai Penolong, Pelindung, dan Pembantu bagi orang yang bertakwa dan
berserah diri pada-Nya.
Orang-orang munafiq langsung menyiarkan kabar tentang keamanan maupun ketakutan tanpa mengabarkan dulu pada pemerintah/penguasa
Bila ada kabar sampai kepada orang munafiq suatu berita tentang keamanan
atau ketakutan, mereka langsung menyiarkannya. Menyebarkannya
kesana-kemari. Padahal jika mereka menyerahkannya kepada
pemerintah/penguasa, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenaran (akan) dapat mengetahuinya (secara resmi) dari
pemerintah/penguasa. Pemerintah tentunya akan dapat menetapkan
kesimpulan (istimbat) dari berita itu.
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang
ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah
kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja
(di antaramu).
(QS An-Nisa : 83)
Orang-orang munafiq suka mencela tentang (pembagian) sedekah (zakat)
Orang-orang munafiq suka mencela tentang pembagian sedekah/zakat. Jika
mereka diberi bagian, mereka bersenang hati dan jika tidak diberi
bagian, tiba-tiba mereka marah.
Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat;
jika mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan
jika mereka tidak diberi sebahagian daripadanya, dengan serta merta
mereka menjadi marah. (QS at-Taubah 58 )
Orang-orang munafiq pandai bicara dan mengagumkan, tapi sebenarnya isi di dalamnya kosong.
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu
kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.
Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa
tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah
musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebenaran)? (QS Al-Munafiqun : 4)
Orang-orang munafiq mempunyai penampilan yang bagus dan mereka itu
sangat fasih berbicara, sehingga jika ada orang yang mendengar mereka,
dia akan tertarik karena kaindahan bahasanya yang tinggi. Namun demikian,
sebenarnya mereka berada di puncak kelemahan, kegelisahan, kekhawatiran,
dan menjadi pengecut.
Setiap kali ada peristiwa, perkara, atau ketakutan, orang-orang munafiq
mengira dengan rasa pengecut mereka, bahwa perkara itu tertuju pada
mereka. Mereka itu sebenarnya adalah tubuh-tubuh dan bentuk rupa, yang
tidak mempunyai makna.
Orang-orang munafiq sangat marah dan benci terhadap orang-orang mukmin.
Allah Subhanahu wata’ala menerangkan pada firman-Nya :
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai
kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka
menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka
menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci
terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena
kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.
(QS Ali
Imran : 119)
Demikianlah
sikap orang-orang munafik - golongan Sesat yang bertanggung jawab
merosakkan hubungan manusia dengan Allah (penyebab orang lain jadi
Syirik & Murtad). Mereka menampakkan kepada
orang-orang mukmin iman dan kesukaan mereka kepada orang-orang mukmin,
padahal dalam batin mereka memendam perasaan yang bertentangan dengan
semuanya itu dari segala seginya. Kebencian dan kemarahan orang-orang
munafik terhadap orang-orang mukmin itu sangat mendalam.
Orang-orang mukmin menyukai orang-orang munafik karena apa yang tampak
pada lahiriah mereka yaitu berupa iman, mempunyai penampilan yang bagus
dan mereka itu sangat fasih berbicara. Padahal baik batin maupun
lahirnya orang-orang munafik itu sama sekali tidak menyukai orang-orang
mukmin.
Orang-orang mukmin tiada rasa bimbang dan ragu terhadap suatu kitab pun
baik kitab Al Qur’an, kitab-kitab mereka maupun kitab-kitab lainnya
sebelum mereka; sedangkan pada diri orang-orang munafik diliputi oleh
keraguan, kebimbangan dan kebingungan terhadap kitab-kitab itu.
Orang-orang munafik kafir terhadap kitab orang mukmin.
Karena itu sebenarnya orang-orang mukmin lebih berhak membenci orang-orang munafik dari pada mereka membenci orang-orang mukmin.
Orang-orang munafiq bersedih jika kaum mukminin memperoleh kebajikan dan bergembira jika kaum mukminin memperoleh bencana.
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika
kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar
dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan
kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang
mereka kerjakan.
(QS Ali-Imran : 120 )
Orang-orang munafiq menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf
Keadaan ini menunjukkan kerasnya permusuhan orang-orang munafik terhadap
orang-orang mukmin. Yaitu apabila kaum mukmin mendapat kemakmuran,
kemenangan, dukungan, dan bertambah banyak bilangannya serta penolongnya
berjaya, maka hal tersebut membuat susah hati orang-orang munafik.
Tetapi jika kaum muslim tertimpa paceklik atau dikalahkan oleh
musuh-musuhnya maka orang-orang munafik itu bergembira ria.
Oranga-orang mukmin diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala, jalan
keselamatan dari kejahatan orang-orang yang jahat dan tipu muslihat
orang-orang yang zalim, yaitu dengan cara bersabar dan bertaqwa serta
bertawakal kepada Allah Subhanahu wata’ala.
///
I'm BieJey.